Pembahasan - Pembahasan Mengenai Puasa Ramadhan (3)
Setelah kita
membahas tentang penetapan bulan ramadhan dengan melihat hilal serta pembahasan
mengenai seseorang yang puasa di hari syak. Kali ini kita akan masuk menuju
pembahasan yang lainnya.
Syarat-syarat
sahnya puasa.
Puasa
mempunyai dua syarat, yang mana keduanya tidak kan mungkin ditinggalkan. Jika
satu syarat saja
tidak terpenuhi maka puasanya tidak akan sah alias batal.
1.
Suci dari haid maupun nifas.
2.
Niat untuk melaksanakan puasa ramadhan.
Dikarenakan puasa ramadhan adalah ibadah maka ia membutuhkan syarat sebagaimana
syaratnya seluruh ibadah yaitu niat. Allah berfirman yang menyatakan bahwasanya
niat adalah syarat dari sahnya seluruh ibadah:
و ما أمرو إلا ليعبدو الله مخلصين له الدين
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan niat untukNya”[1]
و ما أمرو إلا ليعبدو الله مخلصين له الدين
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan niat untukNya”[1]
Dan begitupula Rasulullah bersabda:
إنما الأعمال بالنيات
“Sesungguhnya segala amalan bergantung kepada niatnya”[2]
“Sesungguhnya segala amalan bergantung kepada niatnya”[2]
Dan disyaratkan dari niat untuk berpuasa di bulan
ramadhan adalah meniatkannya sebelum fajar setiap sahurnya. Jadi di hari-hari
puasa ramadhan, kita harus meniatkannya sebelum fajar pada tiap malamnya.
Rasulullah bersabda:
من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له
“Barang Siapa saja yang belum berniat puasa sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya”[3]
من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له
“Barang Siapa saja yang belum berniat puasa sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya”[3]
Rukun puasa
adalah meninggalkan apa yang dapat membatalkan puasa dari terbitnya fajar
hingga terbenamnya matahari.
Dan yang
membatalkan puasa hanya ada 6 perkara:
1 , 2- Makan
dan minum dengan sengaja. Barangsiapa yang makan dan minum karena lupa dan
tidak disengaja maka hendaklah ia meneruskan dan menyempurnakan puasanya, dan
tidak ada beban baginya untuk mengqadha (menggantikan puasanya) dan begitupula
tidak ada kaffarot atasnya.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
من نسي و هو صائم فأكل أو شرب فليتم صومه فإنما
أطعمه الله و سقاه
“Barangsiapa yang lupa dan dia dalam keadaan puasa lalu ia makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah yang memberi makan dan minum kepadanya”[4]
“Barangsiapa yang lupa dan dia dalam keadaan puasa lalu ia makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah yang memberi makan dan minum kepadanya”[4]
3- Muntah
dengan sengaja. Dan seandaianya ia tidak
sengaja muntah, dikarenakan sakit dll maka tidak tidaklah batal puasanya
begitupula ia tidak dibebankan untuk mengqadha puasa maupun membayar kaffarot.
Rasulullah
bersabda:
من ذرعه القيء فلا قضاء عليه و من استقاءعمدا
فليقض
“Barang siapa yang tidak sengaja muntah maka tidak ada beban baginya untuk mengqadha puasanya, dan barang siapa yang muntah dengan sengaja maka dia harus mengqadha”[5]
“Barang siapa yang tidak sengaja muntah maka tidak ada beban baginya untuk mengqadha puasanya, dan barang siapa yang muntah dengan sengaja maka dia harus mengqadha”[5]
4 , 5- Haid
dan nifas dan inilah ijma’ para ulama.
6- Jima’. Sebagaimana
hadits rasul:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى
النَّبِيِّ فَقَالَ: هَلَكْتُ يَا رَسُولَ
اللهِ. قَالَ: وَمَا أَهْلَكَكَ؟ قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ.
قَالَ: هَلْ تَجِدُ مَا تُعْتِقُ رَقَبَةً؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَهَلْ تَسْتَطِيعُ
أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَينِ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ
سِتِّينَ مِسْكِينًا؟ قَالَ: لاَ. قَال: ثُمَّ جَلَسَ، فَأَتَى النَّبِيُّ بِعِرْقٍ
فِيْهِ تَمْرٌ فَقَالَ: تَصَدَّقْ بِهَذَا. قَالَ: عَلَى أَفْقَرَ مِنَّا؟ فَمَا بَيْنَ
لاَبَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ مِنَّا. فَضَحِكَ النَّبِيُّ حَتَّى
بَدَتْ أَنْيَابُهُ، ثُمَّ قَالَ: اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ
Datang seseorang kepada Nabi n dan berkata,
“Wahai Rasulullah, aku telah binasa!” Rasulullah bertanya, “Apa yang
membinasakanmu?” Orang itu menjawab, “Aku telah menggauli (berjima’, pen.)
istriku di siang Ramadhan.” Rasulullah n kemudian mengatakan, “Mampukah engkau
untuk memerdekakan budak?” Ia menjawab, “Tidak.” Kemudian kata beliau,
“Mampukah engkau berpuasa selama dua bulan berturut-turut?” Ia menjawab,
“Tidak.” Kemudian kata beliau, “Mampukah engkau memberi makan 60 orang miskin?”
Ia menjawab, “Tidak.”
Kemudian ia pun duduk dan Rasulullah n memberi satu wadah kurma (sebanyak 60
mud, pen.) dan beliau berkata, “Shadaqahkan ini.” Orang itu bertanya, “Kepada
yang lebih fakir dari kami? Sungguh di Kota Madinah ini tiada yang lebih
membutuhkan kurma ini daripada kami.” Mendengar itu Rasulullah n tertawa hingga
terlihat gigi taringnya, kemudian beliau n berkata, “Pulanglah dan berikan ini
kepada keluargamu.”[6]
Dalam hadits
ini penjelasan bahwasanya orang bersetubuh dengan istrinya di siang ramadhan
maka wajib atasnya untuk membayar kaffarot sesuai urutan yang diberikan oleh
rasul pada hadits diatas. Dan wajib pula baginya untuk membayar kaffarot.
Adab-adab
berpuasa:
1.
Sahur
Rasulullah bersabda:
تسحروا فإن في السحور بركة
“Bersahurlah karena dalam bersahur terdapat barokah”[7]
Dan usahakanlah untuk bersahur walaupun seteguk air. Rasululllah bersabda:
تسحروا و لو بجرعة ماء
Dan usahakanlah untuk bersahur walaupun seteguk air. Rasululllah bersabda:
تسحروا و لو بجرعة ماء
“Bersahurlah walaupun dengan seteguk air”[8]
Dan untuk masalah imsak dalam bersahur itu tidak
ada ketetapannya dari rasululllah. Bahkan jarak waktu sahur rasulullah antara
waktu sahur beliau sampai fajr kedua (shubuh) hanya sepanang 50 ayat. Anas bin malik bertanya kepada zaid bin
tsabit, berapa lama jarak waktu sahur nabi hingga waktu shubuh. Maka Zaid bin
tsabit bin tsabit berkata:
قدر خمسين أية
“sepanjang 50 ayat”[9]
قدر خمسين أية
“sepanjang 50 ayat”[9]
Dan jika kita melaksanakan sahur kemudian adzan
telah berkumandang sedangkan kita belum menghabiskan sahur kita, lantas
bagaimana sikap kita? Rasulullah bersabda:
إذا سمع أحدكم النداء و الإناء على يده فلا يضعه حتى يقضي حاجته منه
“Jika salah satu kalian mendengar Adzan akan tetapi bejana makanan masih berada ditangannya, maka janganlah ia meninggalkan bejana itu sampai ia menyelsaikan kebutuhannya (menghabiskan makanannya)”[10]
إذا سمع أحدكم النداء و الإناء على يده فلا يضعه حتى يقضي حاجته منه
“Jika salah satu kalian mendengar Adzan akan tetapi bejana makanan masih berada ditangannya, maka janganlah ia meninggalkan bejana itu sampai ia menyelsaikan kebutuhannya (menghabiskan makanannya)”[10]
2.
Menahan dari sikap sia-sia dan perkataan kotor
ataupun yang sejenisnya yang dapat merusak puasanya.
Rasulullah bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
Rasulullah bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari
kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan jangan
pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya,
hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa.“[11]
3.
Bersegera dalam berbuka puasa dan tidak
menundanya.
Rasulullah bersabda:
لا يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر
لا يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر
“Manusia masih berada dalam kebaikan (kejayaan) selama mereka
masih bersegera untuk berbuka puasa”[12]
4.
Berbuka puasa dengan apa yang ia dapatkan dari apa
yang akan disebutkan dalam hadits dibawah.
Dari Anas berkata:
كان رسول الله يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن حسا حسوات من الماء
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthob (kurma basah), maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.”[13]
كان رسول الله يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن حسا حسوات من الماء
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthob (kurma basah), maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.”[13]
5.
Berdoa tatkala berbuka dengan doa yang sesuai
hadits dibawah ini:
Ibnu Umar mengatakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَفْطَرَ قَال: ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
Ibnu Umar mengatakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَفْطَرَ قَال: ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
“Telah hilang dahaga,
urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah.”[14]
Dan yang perlu
diketahui bahwasanya doa ini diucapkan setelah bebuka sebagaimana yang telah
ditunjuki oleh arti hadits. Adapun sebelum berbuka maka cukup iam membaca
basmalah.
[1] QS Al Bayyinah : 5
[2] HR Bukhari Muslim
[3] HR Abu dawud, Nasai, Tirmidzi dengan sanad
yang shohih
[4] HR Bukhari Muslim
[5] HR Bukhari
[6] HR Bukhari Muslim
[7] HR Bukhari Muslim
[8] HR Bukhari
[9] HR Bukhari Muslim
[10] HR Bukhari
[11] HR Bukhari
[12] HR Bukhari Muslim
[13] Hasan Shohih HR Abu Dawud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar