Kamis, 19 Desember 2013

Membaca Al Qur’an untuk Direnungkan dan Diamalkan



Membaca Al Qur’an bukan sekedar dibaca. Namun yang terpenting adalah direnungkan dan diamalkan isi kandungannya. Banyak membaca dibanding dengan membaca Al Qur’an dengan penuh perenungan (tadabbur), tentu dengan penuh tadabbur itu lebih utama (afdhol).
Ibnul Qayyim rahimahullah saat menjelaskan perihal shalat malam dalam Zaadul Ma’ad membawakan bahasan berikut ini:
Para ulama berselisih pendapat manakah yang lebih utama, membaca Al Qur’an dengan tartil sehingga sedikit bacaan yang dihasilkan ataukah membaca Al Qur’an dengan cepat dan banyak yang dibaca. Ada dua pendapat dalam masalah ini.
Menurut Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, juga selain keduanya, membaca Al Qur’an dengan tartil dan penuh tadabbur (perenungan) itu lebih utama daripada membaca Al Qur’an dengan cepat meskipun dihasilkan banyak bacaan. Karena memang maksud membaca Al Qur’an adalah memahami dan merenungkan isinya, juga ditambah dengan bisa mengamalkan kandungannya. Sedangkan membaca dan menghafal Al Qur’an adalah jalan untuk bisa memahami maknanya.
Sebagian salaf mengatakan,
نزل القرآن ليعمل به فاتخذوا تلاوته عملا
“Al Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan. Oleh karenanya, bacalah Al Qur’an untuk diamalkan.”
Makanya, dari dulu yang namanya ahli Al Qur’an adalah yang paham dan mengamalkan isi Al Qur’an(bukan hanya sekedar baca atau bukan sekedar menghafal, -pen). Walaupun ahli Al Qur’an di sini tidaklahmenghafalkan Al Qur’an. Adapun jika ada yang menghafalkan Al Qur’an namun tidak memahami dan juga tidak mengamalkan isinya, maka ia bukanlah ahli Al Qur’an walau dia piawai mengucapkan huruf-hurufnya.
Para ulama yang berpendapat pentingnya tadabbur dibanding banyak qiro’ah (baca) juga memberikan alasan lain bahwa iman tentu saja sebaik-baik amalan. Memahami Al Qur’an dan merenungkannya akan membuahkan iman. Adapun jika Al Qur’an cuma sekedar dibaca tanpa ada pemahaman dan perenungan (tadabbur), maka itu bisa pula dilakukan oleh orang fajir (ahli maksiat) dan munafik, di samping dilakukan oleh pelaku kebaikan dan orang beriman. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
Permisalan orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah seperti buah rayhanah. Bau buah tersebut enak, namun rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hanya Allah yang memberi taufik.

Rabu, 18 Desember 2013

Mengucapkan Selamat Natal bagi Muslim


Bagaimana hukum mengucapkan selamat natal pada rekan atau teman yang beragama Nashrani? Apakah boleh seorang muslim mengucapkan selamat natal?
Muslim: Aku Tidak Mau Mengucapkan Selamat Natal, Itu Prinsipku
Ada diskusi menarik sebagai ilustrasi bahwa mengucapkan selamat natal tidaklah pantas bagi seorang muslim walau hanya sekedar kata-kata di lisan.
(Muslimah = Muslim, Natali = Nashrani)
Natali : Mengapa engkau tidak mengucapkan selamat natal padaku?
Muslimah : Ooh maaf, untuk yang satu ini aku tidak bisa. Agama kami mengajarkan berbuat baik terhadap sesama termasuk pada non muslim. Namun jika ada sangkut paut dengan urusan agama, maka prinsip kami, “Lakum diinukum wa liyadiin“, bagi kalian agama kalian, bagi agama kami. Monggo kalian berhari raya, kami tidak mau turut campur. Demikian toleransi antar beragama dalam agama kami.
Natali : Kenapa tidak mau ucapkan selamat? Bukankah itu hanya sekedar kata-kata? Teman muslimku yang lain mengucapkannya padaku.
Muslimah : Mungkin mereka belum tahu kalau itu tidak boleh. Natali, coba seandainya saya suruh kamu mengucapkan “dua kalimat syahadat”, asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah, engkau mau?
Natali : Oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya. Itu akan mengganggu kepercayaan saya.
Muslimah : Kenapa gak mau? Bukankah itu hanya sekedar kata-kata? Ayo, ucapkanlah. Sekali saja.
Natali : Baik, sekarang, saya mengerti.
Inilah logika yang sederhana namun cerdas cukup menggambarkan kepada kita bagaimana seharusnya hubungan antara kedua umat yang berbeda keyakinan. Sementara hari ini banyak orang yang dianggap “tokoh” masyarakat level nasional/lokal dari kalangan muslim tampil sok humanis, pluralis, wisdom, menjadi pahlawan, pemimpin hebat kemudian mengucapkan “selamat natal” kepada umat Nashrani tanpa disadari hal tersebut telah merusak akidah dirinya dan umat Islam. Tentu ini menabrak tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Sosok muslim yang kehilangan jati diri, “muslim KTP” yang eksis terlepas dari pakem dan manhaj hidup yang digariskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “selamat” artinya terhindar dari bencana, aman sentosa; sejahtera tidak kurang suatu apa; sehat; tidak mendapat gangguan, kerusakan dsb; beruntung; tercapai maksudnya; tidak gagal. Dengan begitu ucapan selamat artinya adalah doa (ucapan, pernyataan, dsb) yang mengandung harapan supaya sejahtera, tidak kurang suatu apa pun, beruntung, tercapai maksudnya, dsb.
Adapun natal adalah sebuah perayaan kelahiran Yesus Kristus (Nabi Isa Al Masih ‘alaihis salam) yang dalam pandangan umat Nashrani saat ini ia adalah anak Tuhan dan Tuhan anak serta meyakini ajaran Trinitas. Lalu bagaimana bisa seorang muslim yang bertolak belakang dan jelas berbeda pemahamannya mengenai Nabi Isa mendoakan kaum Kristen keselamatan atas apa yang mereka pahami tadi? Padahal dengan sangat jelas Allah menyatakan mereka sebagai orang kafir,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (72) لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73) أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (74) مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآَيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (75)

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). ” (QS. Al Maidah: 72-75).
Jadi, sekiranya ada umat muslim yang berkata, “Selamat Hari Natal” berarti dia menganggap, bahwa Yesus itu memang pernah lahir pada tanggal 25 Desember, sebagai anak Tuhan. Dan jelaslah hal ini haram. Karena telah merusak akidah Islamnya.
Alasan Enggan Mengucapkan Selamat Natal
1- Natal bukan perayaan umat Islam
Hari besar Islam hanyalah dua yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan natal, kelahiran Isa -menurut Nashrani- bukan perayaan umat Islam. Dan Islam tidak pernah menjadikan hari lahir nabi sebagai hari besar.
Anas bin Malik mengatakan,

كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.’” (HR. An Nasa’i no. 1557. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
2- Sejarah natal yang sebenarnya berasal dari ritual penyembahan berhala
Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Di mana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katolik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/ budaya pangannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari: day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember. Selengkapnya baca di RemajaIslam.Com.
Jika natal berasal dari ritual penyembahan berhala, apakah pantas seorang  muslim yang memiliki prinsip tauhid menyetujui perayaan tersebut dengan ucapkan selamat?
3- Mengucapkan selamat natal termasuk loyal pada orang kafir.
Islam memiliki prinsip wala dan baro’, yaitu loyal pada orang muslim dan tidak mendukung orang kafir. Termasuk bentuk dukungan dan loyal pada orang kafir adalah mengucapkan selamat natal. Inilah yang dikatakan oleh para ulama.
Larangan loyal pada orang kafir menjadi prinsip Nabi Ibrahim sebagaimana disebutkan dalam ayat,

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS. Al Mumtahanah: 4)
Bahkan Ibnu Hazm telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa loyal (wala’) pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. (Al Muhalla, 11: 138).
4- Mengucapkan selamat natal haram berdasarkan ijma’ atau kata sepakat ulama.
Ibnul Qayyim berkata, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.
Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat. Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta’ala.” (Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 441)
5- Muslim diperintahkah menjauhi perayaan non muslim, bukan malah memeriahkan dan mengucapkan selamat.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

لا تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخطة تنزل عليهم

Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.”
Umar berkata,

اجتنبوا أعداء الله في أعيادهم

Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.”
Demikian apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 723-724.
6- Tidak boleh mendahulukan mengucapkan salam pada non muslim.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ

Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim no. 2167). Mengucapkan selamat natal itu sama halnya dengan mengucapkan salam. Karena salam itu berarti mendoakan selamat. Hadits ini sudah secara jelas melarang mengucapkan selamat natal pada Nashrani.
Demikian penjelasan dari Rumaysho.Com, moga semakin memantapkan akidah kita sebagai seorang muslim. Silakan telusuri kumpulan artikel selamat natal di Rumaysho.Com: Kumpulan Artikel Natal.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Sumber : 
ditulis Oleh Akhi
akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Selasa, 17 Desember 2013

Berbagi Tips Jagoan Menghapal Al Quran



Berbagi Tips Mudah Menghapal Al Quran Bagi Pemula

Bergembiralah !! Karena Allah telah menjamin di dalam Al Quran bahwasanya” Al Quran mudah untuk dihapal dan diingat !!”

Allah berfirman:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Dan kami telah mudahkan Al Quran untuk dihapal, maka apakah ada yang berpikir?”[1]

Dan begitulah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat ini:

فهل من متذكر بهذا القرآن الذي قد يَسَّر الله حفظه ومعناه؟
“Maka tidak kah ada yang mengingat Al Quran? Yang mana Allah telah mudahkan untuk dihapal dan telahdimudahkan pula maknanya ?[2]

Langsung saja, disini saya akan memberikan tips-tips menghapal  Al Quran dengan mudah.

1.       Ikhlaskan niat anda. Karena niat adalah tolak ukur diterimanya amalan begitu pula halnya dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. 
2.       Mencari waktu-waktu yang mendukung untuk menghapal. Ada 3 waktu yang sangat mendukung anda dalam menghapal Al Quran: 

Pertama:
1 jam sebelum waktu shubuh.
Kedua: S
etelah shalat fajar (shubuh)
Ketiga: D
an setelah shalat ashar.
Kuasai ketiga waktu tersebut untuk mempermudah anda dalam menghapal.
3.       Tidak usah terlalu banyak target hapalan perhari. Saya meminta bagi anda yang masih pemula untuk menghapalkan 3 ayat saja tiap harinya. Seperti:

عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ (1) عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ (2) الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ (3)
3 ayat dalam surat An Naba. Cukup 3 ayat perharinya. Jangan lebih !!
4.       Sebelum menghapal anda harus membaca ketiga ayat tersebut minimal 20 kali. Kalau lebih semakin bagus. Jangan coba-coba untuk menghapal sebelum membaca minimal 20 kali !! Kenapa saya mengatakan begini ?? 

Kalau ada yang bertanya: “
Bukan kah kita bisa menghapal langsung sebelum membaca 20 kali,  untuk mempirsingkat waktu ??

Maka jawabannya: Saya melarang anda untuk menghapal ketiga ayat tersebut sebelum membacanya minimal 20 kali, karena saya yakin, kalau anda langsung menghapalkannya terkadang anda menghapalkannya dengan cepat. Akan tetapi anda pun akan melupakannya dengan cepat pula. Percayalah !!

Akan tetapi jika anda membacanya terlebih dahulu sebanyak 20 kali, terutama jari telunjuk ikut mengikuti bacaan yang dibaca, insya Allah mata akan menangkap apa yang dilihat olehnya dan akan tertangkap langsung kedalam otak anda. Dan insya Allah tidak akan lupa dengan idzin Allah. Karena lisan pun ikut menangkap akan kebiasaannya mengucap ayat tersebut. Sehingga anda tidak akan lupa dengan ayat tersebut.
5.       Mengulang ayat yang telah dihapal didalam shalat sebanyak 5 kali, dan diluar shalat sebanyak 10 kali. Jadi, andadapat mengulang hapalan yang telah dihapal dalam shalat-shalat sunnah rawatib maupun shalat yang bukan rawatib sebanyak 5 kali. Dan diluar shalat sebanyak 10 kali.
6.       Dan jika mau masuk ke hapal ayat yang baru, maka anda harus melengkapinya dengan ayat yang telah dihapal. Sebagai contoh, anda akan menghapal ayat ke 4, 5, 6  setelah anda telah menghapal ayat ke 1, 2, 3 dari surat an naba. Maka jangan lupa untuk menyempurnakannya dengan ayat sebelumnya 1, 2, 3. Yaitu:
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ (1) عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ (2) الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ (3) كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (4) ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (5) أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا (6)
Dan jika antum telah menghapal 6 ayat ini dan ingin melanjutkan untuk menhapal 3 ayat setelahnya. Maka anda harus menyempurnakannya dari ayat yang pertama. Yaitu:
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ (1) عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ (2) الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ (3) كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (4) ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (5) أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا (6) وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا (7) وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا (8) وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا (9)
begitu seterusnya hingga anda menyempurnakan 1 surat penuh.
7.       Jika Allah memuliakanmu dengan telah menyempurnakan 1 juz penuh maka jangan nambah hapalan terlebih dahulu kecuali anda telah mengulang-ngulangnya selama 1 minggu penuh. Dan setiap hari anda menyetorkan 3 kali setoran 1 juz penuh.
8.       Jika anda telah berhasil, maka jangan sekali-kali untuk menyombongkan diri dan merasa ta’ajjub dengan hapalannya. Karena tidak lain dan tidak bukan, Allah lah yang membantu anda dalam menghapalkan KitabNya yang suci.
Insya Allah yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan seluruh kaum muslimin.